[TimorLesteStudies] Indonesian to become an official language in TL?

George Quinn George.Quinn at anu.edu.au
Mon Jun 29 08:33:58 EST 2009


According to this Indonesian-language report by A.Umar Said posted to 
the Yahoo Group "Islam Liberal" site, President Ramos-Horta is planning 
to make Indonesian an official language of Timor-Leste this coming 
August coinciding with the 10th anniversary of the 1999 referendum. The 
report cries out for verification from other sources, and no mention is 
made of the constitutional issues the initiative might  raise. 
Nevertheless, if there is any truth in the report at all it signals an 
important (and in my view, very welcome) shift in thinking on language 
policy in TL. George Quinn

------------

Islam_Liberal Digest no.2074

islam_liberal at yahoogroups.com <mailto:islam_liberal at yahoogroups.com>
 

29/06/2009
 

There is 1 message in this issue. 

Topics in this digest:

1. Presiden Ramos Horta mendadak mengunjungi Restoran Indonesia di Pari    

    From: Umar Said

 

Message

________________________________________________________________________

1. Presiden Ramos Horta mendadak mengunjungi Restoran Indonesia di Pari

    Posted by: "Umar Said" kontak at club-internet.fr <mailto:kontak at club-internet.fr> 

    Date: Sun Jun 28, 2009 8:44 am ((PDT))

 

Catatan A. Umar Said

Presiden Ramos Horta mendadak mengunjungi

Restoran Indonesia di Paris

 

 

 

Di luar dugaan banyak orang, Restoran koperasi INDONESIA di Paris secara

mendadak sekali mendapat kunjungan tamu terhormat, yaitu Presiden Jose Ramos

Horta dari  Republik Demokratik Timor Leste. Peristiwa ini terjadi pada hari

Sabtu malam tanggal 27 Juni 2009. Banyak hal-hal yang menarik  (dan juga

sangat penting) yang bisa diangkat atau diceritakan tentang kunjungan

mendadak ini, sebab mempunyai arti atau nilai sejarah yang tidak kecil.

 

 

 

Bahwa kunjungan Presiden Ramos Horta ini mendadak sekali bagi para pekerja

restoran (termasuk bagi managernya Bung Suyoso) adalah bahwa baru satu jam

sebelum kedatangan Presiden Ramos Horta di restoran  diketahui dengan pasti

bahwa ia bersama stafnya sudah memesan kamar  di Hotel  Senat yang letaknya

berdampingan (terpisah satu tembok) dengan restoran INDONESIA.  Presiden

Ramos Horta datang ke Paris hari Sabtu siang, untuk kunjungan yang bersifat

setengah privé, dan besoknya (hari Minggu) sudah meninggalkan Paris lagi.

 

 

 

Satu jam sebelum kedatangan presiden Ramos Horta ke restoran, kami mendapat

keterangan dari stafnya (3 orang) bahwa ia merencanakan bertemu pada jam 8

malam dengan 3 sahabat lamanya (A. Umar Said, Antonio Diaz dan Carlos

Semedo).

 

 

 

Adalah menarik untuk diketahui mengapa presiden Ramos Horta, sebagai kepala

suatu negara,  memilih Hotel Senat, suatu hotel kelas menengah bintang

tiga). Mungkin sekali karena hotel ini terletak berdampingan dengan Restoran

INDONESIA, atau karena pertimbangan-pertimbangan lainnya, yang berkaitan

dengan kunjungannya satu malam yang bersifat setengah prive di Prancis.

Namun, walaupun kunjungan ini bersifat setengah prive dan hanya satu malam,

pemerintah Prancis menyediakan 4 orang dari Dinas Securité untuk selalu

menjaga atau mengikutinya.

 

 

 

Pejuang Ramos Horta tidur di kursi restoran

 

 

Keputusan presiden Ramos Horta untuk berkunjung lagi ke Restoran INDONESIA

dan kali ini juga bertemu khusus dengan sahabat-sahabat lamanya mengandung

arti yang dalam.  Restoran INDONESIA memang mempunyai sejarah tersendiri

bagi perjuangan rakyat Timor Timur dan perjuangan rakyat Indonesia dalam

perlawanan bersama terhadap rejim militer Suharto.

 

 

 

Setelah Restoran  koperasi ini dibuka dalam bulan Desember 1982 (jadi sudah

lebih dari 26 tahun yang lalu) sering sekali diadakan pertemuan-pertermuan

antara berbagai orang (Prancis dll) dengan anggota-anggota Komite Setiakawan

dengan Timor Timur. Restoran INDONESIA dalam jangka lama sekali dianggap

oleh berbagai kalangan sebagai salah satu di  antara pusat-pusat kegiatan

perlawanan rakyat Timor Timur terhadap agresi rejim militer Suharto.

 

 

 

Bahkan pada suatu waktu ketika Ramos Horta berkunjung ke Paris untuk

kegiatan-kegiatan perjuangan rakyat Timor Timur,  ia pernah tidur di

kursi-kursi yang dijejer-jejerkan, dan mandi di bawah douche sederhana yang

terletak di ruangan bawah restoran. Hal ini diceritakan oleh presiden Ramos

Horta sambil makan malam itu di depan 3 stafnya dan 3 sahabat lamanya

beserta seorang tamunya dari Spanyol.

 

 

 

Cerita presiden Ramos Horta tentang tidurnya di atas kursi restoran dan

mandi di bawah douche (yang sebenarnya tidak digunakan sebagai kamar mandi),

dan cerita tentang kegiatan-kegiatan lainnya semasa ia masih sebagai

pejuang, mengingatkan kami semua kepada masa-masa silam ketika kami berjuang

bersama-sama untuk rakyat Timor Timur.

 

 

 

Tukang cat, sahabat lama Ramos Horta

 

 

Dalam pembicaraan santai antara sahabat-sahabat lama sambil makan itu

presiden Ramos Horta juga menceritakan di depan kami semua bagaimana pada

suatu saat ia pernah menginap di apartemen Antonio Diaz, dan terpaksa tidur

di lantai (tetapi pakai alas) karena tidak cukup uang untuk tidur di hotel.

Antonia Diaz adalah seorang Portugis, pernah bekerja sebagai tentara

Portugis di Timor Timur, dan sudah lama bekerja di Paris sebagai tukang cat

dan bangunan.

 

 

 

Carlos Semedo, seorang Prancis yang sudah lama sekali memimpin berbagai

kegiatan mengenai Timor Timur (dan khususnya soal-soal yang berkaitan dengan

Sanana Gusmao dan Ramos Horta), adalah sahabat karib Antonio Diaz.

 

 

 

Keinginan presiden Ramos Horta untuk bertemu dan makan bersama dengan

sahabat-sahabat lamanya (sekali lagi, antara lain yang bekerja sebagai

tukang cat) menunjukkan bahwa walaupun ia sekarang menjabat sebagai

presiden, tetapi tidak lupa kepada orang-orang yang di masa-masa yang lalu

telah melakukan perjuangan bersama-samanya. Sungguh, suatu hal yang indah !.

 

 

 

Begitu santainya, dan begitu pula hangatnya suasana dalam pertemuan sambil

makan itu, yang diselingi oleh acara tarian topeng diiringi gamelan dan

suling kecapi, sehingga Antonio tidak segan-segan selalu menyapa presiden

Ramos Horta dengan « kau » (dalam bahasa Prancis « tu »). Jadi, dalam

pertemuan antara sahabat lama  itu terutama sekali banyak dibicarakan

soal-soal masa lalu.

 

 

 

Perjuangan komite Timor Timur di berbagai negeri

 

 

Di antara pembicaraan itu kami tinjau bagaimana besar sumbangan

kegiatan-kegiatan untuk membantu perjuangan rakyat Timor Timur  yang

diadakan secara luas dan selama puluhan tahun , serta berskala

internasional, telah merupakan sumbangan penting untuk terisolasinya rejim

militer Suharto di hadapan opini internasional. Tidak salahlah kiranya kalau

dikatakan bahwa komite-komite Timor Timur yang melakukan berbagai kegiatan

di banyak sekali negeri di dunia sudah membantu jatuhnya rejim militer

Suharto.

 

 

 

Dari segi ini bisa dilihat bahwa membantu perjuangan rakyat Timor Timur

adalah satu dan senyawa dengan perjuangan menentang rejim militer Orde Baru.

Hal ini pulalah yang telah dilakukan melalui sebagian kegiatan-kegiatan

berbagai orang dengan  Restoran INDONESIA. Dalam kaitan ini telah disinggung

dekatnya hubungan berbagai tokoh Prancis dengan restoran, umpamanya istri

presiden Prancis François MITTERRAND (alm), Madame Danielle MITERRAND (yang

pernah berkunjung ke Timor Timur) dan Louis JOINET, ahli hukum yang menjadi

pembantu 5 Perdana Menteri Prancis berturut-turut dan merangkap wakil

Prancis di Komisi HAM di PBB. Louis JOINET adalah sahabat dekat Ramos Horta

dan juga sahabat dekat Restoran INDONESIA.

 

 

 

Kedatangan Ramos Horta ke Paris dalam tahun 1976

 

 

Yang juga banyak dikenang bersama adalah kunjungan pertama kali Ramos Horta

dalam tahun 1976 ke Paris, beberapa waktu setelah militer Indonesia di bawah

perintah Suharto melakukan agresi mencaplok Timor Timur. Setelah mengetahui

bahwa Ramos Horta ada di Holland dan bertemu dengan orang-orang dari Komite

Indonesia di Amsterdam (antara lain Prof. Wertheim dan  Go Gin Tjwan) maka

A. Umar Said bersama sejumlah sahabat-sahabat Prancis mengusahakan

kedatangan Ramos Horta  ke Paris.

 

 

 

Dalam tahun 1976 itu (lebih dari 32 tahun yang lalu), untuk pertama kalinya

diadakan rapat besar mengenai Timor Timur dengan pembicara utama Ramos Horta

dan sejumlah tokoh-tokoh terkemuka Prancis. Sebagai kelanjutan rapat besar

ini, maka terbentuklah untuk pertama kalinya Komite Setiakawan dengan Timor

Timur. Komite Timor Timor di Paris adalah salah satu di antara komite yang

tertua di dunia waktu itu. Semua ini rupanya merupakan kenangan bagi

presiden Ramos Horta, dan juga bagi kami semua.

 

 

 

Sudah tentu, dalam  pembicaraan santai antara sahabat-sahabat lama itu,

telah disinggung macam-macam soal. Antara lain tentang jalannya restoran,

yang menurut pendengaran presiden Ramos Horta tetap berjalan baik. Juga

telah dibicarakan Sobron Aidit (almarhum) dan Emil Kusni, yang kebetulan

tidak ada di Paris dan sedang berada di Kalimantan. Presiden Ramos Horta

sempat menanyakan beberapa hal mengenainya kepada Didien (istri Emil yang

bekerja di restoran juga).

 

 

 

Bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional di Timtim

 

 

 

Dalam pertemuan sambil makan yang sering diselingi dengan gelak-tawa itu ada

juga sesuatu yang bisa dianggap besar dan serius. Presiden Ramos Horta

mengatakan bahwa ia merencanakan untuk mengumumkan dalam bulan Agustus yad,

dalam rangka memperingati 10 tahun referendum Timor Timur, diresmikannya

bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional di Timor Timur.

 

 

 

Bagi kami, yang mendengar rencana ini dari presiden Ramos Horta, merupakan

hal yang baru dan penting sekali. Sebab, selama ini bahasa yang resmi

dipakai sebagai bahasa nasional adalah bahasa Portugis dan Tetum, sedangkan

bahasa Indonesia  dan Inggris dipakai dalam pemerintahan dan bisnis. Jadi,

bahasa Portugis akan digantikan dengan bahasa Indonesia. Kalau rencana

presiden Ramos Horta ini betul-betul dilaksanakan mulai Agustus, maka akan

merupakan tindakan yang realis,   berani, dan juga bisa membuka

dimensi-dimensi baru dalam hubungan Indonesia dan Timor Timur untuk masa

depan.

 

 

 

Sebab, sekarang ini, bahasa Indonesia sudah banyak dipakai oleh rakyat Timor

Timur, baik di kalangan penduduk untuk pergaulan dan dagang, maupun di

kalangan pemerintahan atau untuk urusan-urusan resmi dengan jawatan-jawatan.

Bahkan, persentasenya bisa mencapai 80% dari penduduk. Dengan makin

meningkatnya lalu lintas orang dan perdagangan dengan Indonesia, dan makin

lancarnya komunikasi, maka peran bahasa Portugis makin terasa menjauh.

 

 

 

Dengan dibeberkannya rencana pengumuman pemakaian bahasa Indonesia sebagai

bahasa nasional, maka presiden Ramos Horta menunjukkan kemauan politiknya

yang lebih besar dan lebih maju lagi dalam menggalang hubungan persahabatan

dengan Indonesia. Dan bahwa rencananya itu diutarakan di depan

sahabat-sahabat seperjuangannya yang lama dan juga di restoran INDONESIA

mempunyai arti tersendiri yang penting juga.

 

 

 

Presiden Ramos Horta adalah salah satu di antara tokoh-tokoh Timor Timur

yang selama puluhan tahun berjuang terus-menerus, dan sekeras-kerasnya,

menentang agresi rejim militer Suharto, sehingga ia menjadi tokoh

internasional dan mendapat hadiah Nobel untuk perdamaian. Ia juga mendapat

gelar doktor dalam ilmu hukum dari 6 universitas terkenal di berbagai negeri

dan meraih beberapa  hadiah (award) internasional.  Sekarang, sebagai

presiden Republik Demokratik Timor Leste ia berusaha membuka halaman-halaman

baru, demi kepentingan rakyat Indonesia dan Timor Timur.

 

 

 

Dengan perspektif yang seindah inilah kami melihat atau mengartikan

kunjungannya yang mendadak di restoran INDONESIA di Paris. Untuk itulah

telah dibuat banyak sekali foto-foto dengan sahabat-sahabat seperjuangan

lama dan juga dengan para anggota koperasi yang bekerja di restoran.

 

 

 

Paris, 28 Juni 2009

 

 

 

A. Umar Said

 

.

 

-- 

Dr George Quinn,
Visiting Fellow,
Faculty of Asian Studies,
College of Asia and the Pacific,
Australian National University,
Canberra ACT 0200,
Australia
Telephone: 0409 772 576 (from overseas + 61 409772576) 
Fax: + 61 2 62918993




More information about the Easttimorstudies mailing list